Links

Sabtu, 05 Desember 2015

Akibat Penggunaan Lampu Halogen Pada Sepeda Motor



(Ilustrasi lampu Halogen dari google image)



            Haloo semuanya. Postingan kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Kalau yang sudah-sudah seringnya saya menulis soal tak jelas dan terkadang ngawur, maka hari ini mungkin bisa lebih ngawur lagi. Hehe.. iyah, kali ini saya bicara soal lampu sepeda motor. Tetapi, bukan saya sebagai yang pakar soal motor, karena memang saya tak seberapa ngeh akan dunia seputar sepeda motor. Saya ngertinya naikin-nya saja.
            Apa yang saya bagikan disini ya cuma sekadar pengalaman saya dengan motor saya. Sebenarnya dari dulu saya tak terlalu minat ngomongin soal motor. Ya, karena tak seberapa ngeh tadi. Tapi setelah saya renungkan, kok ya ternyata saya kalau kemana-mana ya naik motor. Muter-muter kota pekanbaru naik motor. Pergi jalan-jalan, keluar masuk hutan yang ada di provinsi Riau naik motor. Belum pernah tuh yang namanya motor gantian naikin saya. Jangan deh.

            Hanya menjemput pacar saja yang belum pernah naik motor. Bukan karena pacarnya yang matre dan modis dan mbelis sehingga tidak mau naik motor saya yang cuma sekelas bebek dan kadang lama sekali tidak dicuci, tapi karena memang saya tidak pernah punya pacar yang bisa saya jemput buat naik ke jok belakang motor saya. Eh, malah curhat.
            Nah, dengan begitu kadang kalau saya sedang keluar waktu malam minggu atau minggu sore atau hari apa saja, dan melihat ada seorang lelaki sedang memboncengkan pacarnya, ingin rasanya saya memotong separo jok motor saya. Lah, curhat lagi…. Sudah mbloo… sudaaahhhh…. (tolong beliin tisu)
            Okelah, kembali ke judul. Ada yang tidak tahu lampu halogen? Saya juga tak seberapa tahu dan saya sedang tak seberapa baik untuk mencarikan defenisi lampu halogen untuk kemudian saya tuliskan disini untuk Anda sekalian. Pelit amat kang? Biarin.
            Ya sudah, saya sampaikan se-ngehnya saya saja, dari berbagai sumber. Jenis-jenis lampu sepeda motor itu ternyata berbeda-beda, mblo..  Pada dasarnya lampu standar sepeda motor di dalamnya terdapat filamen tungsten (ora ngerti ya wis) dibungkus dengan kaca berisi gas Nitrogen, Argon dan krypton.  Lah terus lampu halogen piye? Ya mirip. Hanya saja materialnya tentu berbeda mulai dari kaca tipis tahan panas hingga penambahan gas halogen di dalamnya. Inilah kenapa disebut lampu halogen. Kalau isinya gas diganti minyak tanah mungkin disebut lampu petromak.
            “Lah terus yang kamu maksud dengan judul di atas itu pakai kata-kata akibat itu piye kang? Apa katamu lampu halogen itu jelek?”
            Ya tidak juga. Lampu halogen justru bisa lebih terang nyalanya ketimbang lampu standar bawaan motor. Tapi, ada tapinya. Lampu halogen membutuhkan suhu yang lebih tinggi walau dengan watt yang sama bagi lampu biasa untuk beroperasi dengan normal. Satuan panas bohlam biasanya dinyatakan dengan Kelvin. Nah, ini dia masalahnya. Lampu halogen yang panas seperti tempe goreng yang baru diangkat dari penggorengan itu bisa jadi penyakit bagi motor yang memang tidak dari sononya dibekali dengan lampu halogen.
            Memang lebih terang, memang lebih awet (kecuali bohlam halogen abal-abal, belum tentu awet), tapi efeknya bisa merugikan. Cerita nih ceritaaa…
            Dulu pernah saya pakai bohlam halogen silverstar all season 35 watt merek Osr*m, lebih teraaang. Saya pun gembira. (heleh) Sampai akhirnya setelah berbulan kemudian saya perhatikan lama-lama kok terangnya jadi seperti bohlam biasa saja. Tapi saya tidak tahu apa penyebabnya. Sekian lama saya pakai, dan akhirnya saya mengerti bahwa ternyata reflektor alias sarang lampu saya yang tadinya kinclong mengkilap kini mulai terlihat pudar dan terlihat sedikit gosong tepat di bagian atas lampu.
            Akibatnya? Ya tentu pancaran lampu ke depan jadi tidak fokus lagi. Jadi kesan saya soal lampu tadi yang terangnya jadi biasa saja itu salah. Nyala lampunya tetap terang saja, hanya tidak bisa disampaikan dengan baik oleh reflektor yang sudah kusam karena panas lampu.
            Saya jadi bosan. (heleh, kamu itu kalau menggambarkan emosi mbok ya yang sedikit pake niat ngapaa..) heleh biarin. Akhirnya suatu ketika, sebelah lampu saya kadang nyala dan kadang mati. Setelah saya coba bongkar ternyata itu lampu di bagian konektor timahnya meleleh. Wah, baru ini saya mengalami beginian. Panasnya luar biasa pake bingit.
            Karena tak nyaman dengan keadaan lampu motor sebelah yang kadang hidup kadang kedip-kedip kadang mati itu, akhirnya saya ngacir ke bengkel kecil dengan niat membeli bohlam halogen dengan merek yang sama (ceritanya belum kapok). Tapi ternyata sedang kosong. Saya lalu ditawari bohlam yang mereknya sudah saya lupakan, warnanya biru..
            “Ini saya jamin terang bang! Lebih terang dari Os*am yang dulu abang beli.” Kata pelayan bengkel.
            Akhirnya saya terpengaruh. Saya tebus deh itu bohlam yang katanya terang. Setelah saya pasang dan jreengg… Wuih terangnya memang maknyusss.. Saya gembira. (heleh, lagi..) Saya lalu muter-muter malamnya. Memang mantap. Teraaang, lebih terang dari lampu kemarin.
            Tapi.. walah ada tapinya lagi… tapi sekira seminggu kemudian itu bohlam yang lupa saya apa mereknya, nyalanya jadi jauh meredup. Saya lihat warnanya sudah berbeda, entah bagaimana pokoknya beda lah. (hahah) di dalamnya terlihat sudah menumpuk kotoran akibat kondensasi filament tungsten pada tabung kacanya, lah eddan. Cuma seminggu sudah keok. Tak cuma itu, setelah saya perhatikan dengan jeli lagi ternyata reflektor jadi semakin parah kondisinya, dudukannya meleleh hebat hingga lampu tidak bisa dilepas lagi. Bisa kamu kira berapa ribu Kelvin panasnya itu bohlam? ya sudah kalau tidak bisa mengira, lalu berapa ribu rupiah saya mesti beli reflektor baru?   

Reflektor si jupi
 
Lihat apa yang dilakukan lampu ini pada reflektor
            Saya jadi melongo. Sekarang saya tidak cuma harus mengganti lampu. Tapi juga mesti mengganti reflektor yang harganya tidak kurang dari seratus ribu. Gara-gara bohlam dua puluh lima ribu. Bohlam itu saya biarkan menyala redup di batok lampu hingga akhirnya mati sendiri. Toh sudah tidak bisa dicopot lagi. Mirip bintang katai yang kehabisan bahan bakar fusinya. (heleh, bahasamu kang.. sok ngomong astronomi)
            Demikianlah mblo.. Sampai akhirnya saya nemu reflektor bekas di tempat loakan sparepart motor dan saya tebus seharga 45.000 rupiah. Saya pun gembira. (hmm)
            Demikianlah lagi, mblo.. Kalau kamu perhatikan lagi, ternyata inilah mungkin jawaban kenapa pihak dealer membatalkan garansi jika kita mengganti jenis lampu dengan yang tidak standar. Bahkan hanya dengan melapisi batok lampu dengan stiker pun dapat membatalkan garansi karena dapat menghalangi pelepasan panas bohlam. Lha iya, pabrikan sudah menghitung berapa panas yang dapat diterima oleh perangkat pencahayaan motor buatan mereka.
Nyatanya ya memang demikian. Sudah entah berapa kali saya mendapati lampu sepeda motor yang reflektornya meleleh atau minimal gosong di bagian atas lampunya. Ditambah lagi dengan penerapan AHO yang menyala siang dan malam sampai kiamat, lengkap sudah lah panasnya jika memaksa pakai halogen. Sekali lagi, tentu kecuali bagi motor yang sudah dari pabrikan pakai halogen.
 Monggo mblo, biar aman mari kita kembali ke standar saja. Hehe..
Salam…
            Puja K. Pekanbaru, 05 Desember 2015
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar