Links

Selasa, 08 Desember 2015

Cara Menghilangkan Warna Kuning pada Kaca Mika Headlamp Sepeda Motor




Selamat apa saja sobat jomblo sekalian. Melanjutkan topik soal sepeda motor, kali ini saya akan membagikan pengalaman saya tentang membersihkan kembali kaca mika headlamp sepeda motor.
Seperti yang telah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya, bahwa saya akhirnya mengganti reflector atau sarang lampu depan sepeda motor saya. Setelah saya perhatikan lagi, ternyata penyebab dari nyala lampu motor ini kurang terang juga diakibatkan oleh menguningnya mika atau kaca lampu. Perangkat yang saya ganti hanya sarang lampu, untuk mika lampu saya masih pakai yang lama, yang sudah menguning warnanya. Karena headlamp yang saya dapat dari loakan itu sudah pecah mika lampunya, makanya murah. :D

Sabtu, 05 Desember 2015

Akibat Penggunaan Lampu Halogen Pada Sepeda Motor



(Ilustrasi lampu Halogen dari google image)



            Haloo semuanya. Postingan kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Kalau yang sudah-sudah seringnya saya menulis soal tak jelas dan terkadang ngawur, maka hari ini mungkin bisa lebih ngawur lagi. Hehe.. iyah, kali ini saya bicara soal lampu sepeda motor. Tetapi, bukan saya sebagai yang pakar soal motor, karena memang saya tak seberapa ngeh akan dunia seputar sepeda motor. Saya ngertinya naikin-nya saja.
            Apa yang saya bagikan disini ya cuma sekadar pengalaman saya dengan motor saya. Sebenarnya dari dulu saya tak terlalu minat ngomongin soal motor. Ya, karena tak seberapa ngeh tadi. Tapi setelah saya renungkan, kok ya ternyata saya kalau kemana-mana ya naik motor. Muter-muter kota pekanbaru naik motor. Pergi jalan-jalan, keluar masuk hutan yang ada di provinsi Riau naik motor. Belum pernah tuh yang namanya motor gantian naikin saya. Jangan deh.

Selasa, 24 November 2015

Ini Cuma Soal Laron

Peyek Laron



Malam kemarin beberapa saat setelah saya mulai mengaji bareng bocah, tiba-tiba datang segerombolan hewan yang tak diundang. Ya, ndak usah saya kasih tahu juga Anda sudah tahu karena sudah saya sebutkan di judul itu, juga sudah saya tempelin gambarnya di atas itu, ya walaupun versi peyeknya,  iya laron itu. Ada yang tidak tahu apa itu laron? Ah, jangan bercanda.

Rabu, 04 November 2015

Jaman Dahulu itu Begini..




Sebuah malam yang tenang (lagi-lagi ini sungguh malam minggu, mblo), saya mengobrol dengan Pak Mamat dan Pak Dhe di emperan rumahnya. Topik obrolan kali ini adalah tentang bagaimana kehidupan mereka saat masih anak-anak. Tentunya beda generasi berbeda pula keadaannya. Misalnya, kalau anak-anak generasi 90-an mainannya adalah kelereng dan karet gelang, maka anak-anak hari ini mainannya sudah gadget paling mutakhir yang dipencetin dengan tiada bosannya.
“Wah, nek jaman dahulu itu beneran ngguyokne (menggelikan) Hed, Lah jaman saiki orang mau apa aja ibarate bisa keturutan. Tidak demikian pada jaman semono kuwi.” Pak Dhe berkata. Entah bermula dari mana tetapi mulai dari kata-kata ini yang saya ingat waktu itu.

Jumat, 12 Juni 2015

Nasi Berkat Penuh Kerinduan



Ilustrasi (google)


Selepas maghrib tadi saya menghadiri undangan kenduri. Acara diisi dengan tahlil dan mendoakan  ahli kubur dari orang tua dan sanak famili si empu hajat. Eh lah kok saya yang diminta buat memimpin tahlil dan doa. Kebetulan memang saya mengajari ngaji anak-anak setiap selesai maghrib di mushola dekat rumah si empu hajat. Bagi saya soal memimpin kenduri ini memang bukan pertama kali, tapi saya tak pernah dengan undangan sebanyak ini. Tak banyak sebenarnya, tak lebih dari dua puluh orang. Tapi di kampung saya, soal beginian pasti jatahnya kyai sesepuh desa. Lah saya kan masih imut begini? :D

Rabu, 15 April 2015

Perjalanan Panjang Ke Air Terjun Lubuk Bigau




                 Kali ini saya akan berbagi kisah perjalanan ke sebuah air terjun yang sangat ingin saya kunjungi. Air terjun Pangkalan Kapas, atau Air Terjun Lubuk Bigau.  Pernah dengar? Air Terjun ini adalah yang tertinggi di Riau. Sekitar 150 Meter! Malah menurut penunjuk jalan, tingginya sampai 250 Meter.  Well, berbeda-beda memang versinya, karena mungkin belum ada pengukuran yang benar-benar terkonfirmasi. Kerennya air terjun setinggi itu langsung jatuh dari puncaknya sampai ke dasar tanpa sedikit pun menyentuh dinding tebing. Saya bahkan tak menyangka sebelumnya ada air terjun seperti ini di wilayah Riau. Mungkin memang belum cukup dikenal, tapi justru itulah yang semakin membuat saya ingin mengunjunginya. Saking inginnya saya ke sana, saya sempat berjanji dalam hati, bahwa saya tidak akan pergi ke mana-mana apalagi ke luar daerah Riau sebelum kesampaian pergi ke ini air terjun.

Selasa, 10 Maret 2015

Syarat Memakan Pete





Satu bulan belakangan saya memiliki kegiatan rutin mengajari anak-anak mengaji di rumah warga tak terlalu jauh dari perumahan saya tinggal. Dulu sekitar tahun 2009 sebenarnya saya juga pernah melakoni hal yang sama juga dengan anak-anak sekitar daerah itu. Karena agak jauh dari rumah, sementara saya mesti naik sepeda setiap sore waktu itu,  akhirnya ada seorang teman yang tinggal di daerah itu sanggup menggantikan saya. Namun kini teman saya tadi tidak tinggal di sana lagi karena kuliahnya sudah selesai. Maka kembali saya belajar dengan anak-anak di sana lagi. Sebagian masih anak-anak yang pernah belajar dengan saya dulu, sebagian banyaknya anak-anak baru. Yah, di dunia ini nampaknya kemunculan bocah-bocah baru memang begitu pesat.

Rabu, 25 Februari 2015

Doa yang Susah-Susah

(Sumber gambar: google)


Malam minggu kemarin saya ngendong (pergi main, nongkrong) ke rumah yang orang-orangnya sudah seperti saudara sendiri. Biasa lah warga negara jomblo seperti saya ini memang lebih suka berkumpul dengan masyarakat begini ketimbang sibuk keluar jalan malam mingguan. Lha iya mau malam mingguan sama siapa oh..
 Di teras rumah sudah ada dua orang sebut saja Kang Maman dan Kang mamas. Kami bertiga ngobrol ngalor ngidul mengisi malam sambil menikmati teh hangat. Malam yang damai, langit berserakan bintang.

Selasa, 17 Februari 2015

Memancing di Sungai Kampar, sungai Pagar




Ditulis: 01 April 2014
            Hah, belum habis nampaknya cerita soal jalan-jalan. Memang. Jalan-jalan, berpetualang kemana-kemana bareng teman-teman, apa sih yang tidak asyik?  Selagi sempat, kenapa tidak?
            Oke deh. Ini berawal saat saya sedang selesai shalat dzuhur dan keluar dari mushola di Pustaka Wilayah Soeman HS, pekanbaru. Tiba-tiba saya ditelpon oleh kakak sahabat saya.
            “Lek, dimana?”Tanya dia. (Panggilan lelek atau pak lek disematkan kepada saya lebih karena saya yang keturunan orang Jawa, semenjak semester pertama kuliah.)
            “Di puswil, kak. Ada apa?” jawabku.
            “Mancing yuk ke Sungai Pagar. Tapi, ke Lipat Kain dulu, kita nginap di rumah, baru besoknya kita mancing.”
            “Kapan?”
            “Nanti jam tigaan kita berangkat.”
            “Oke. Nanti aku kesana.”
            Begitulah kira-kira percakapan kami. Pukul empat kami bertolak dari Pekanbaru menuju Lipat Kain. Sampai di sana pukul lima lebih. Kami beristirahat sambil bercengkerama dengan orang tua teman kami ini. Sekira pukul setengah enam sore, kami pergi menuju ke bendungan Lipat Kain.
            Bendungan ini bernama Bendungan Sungai Paku. Berlokasi sekitar 6 KM dari kota kecamatan Kampar Kiri yaitu Lipat Kain. Dengan waktu tempuh sekira 1,5 jam dari kota Pekanbaru. Jalan masuk menuju ke bendungan ini berada tepat sebelum jembatan terakhir sebelum Lipat Kain dari arah Pekanbaru.
 Bendungan Lipat Kain
            Bendungan ini dahulunya dibuat untuk mengairi persawahan bagi masyarakat setempat. Namun kini sudah berubah hanya untuk mengairi kolam dan tempat rekreasi. Cukup luas areal bendungan ini. Jauh di tengah sana kita bisa melihat sebuah pulau kecil yang ditumbuhi pepohonan hijau. Hampir setiap sore di sini selalu ada pengunjung yang datang. Ya, lumayan indah juga pemandangan di bendungan ini.