Links

Sabtu, 06 Desember 2014

Batu Akik Memang Batu!

Batu Akik (Mirip permen ya?)



            Akhir-akhir ini, eh sudah lumayan lama sebenarnya sedang booming yang namanya batu akik. Saya tidak tahu apa definisi batu akik yang sebenarnya. Barangkali kalau boleh saya menjelaskan seenak saya, ia adalah sejenis bebatuan cantik yang memiliki nilai lebih ketimbang batu pada umumnya. Gampangnya kalau Anda pernah melihat  pelawak Tessy di televisi, nah yang suka nangkring hampir pada setiap jari-jarinya itulah yang dinamakan batu akik.

 
            Saya sendiri tidak tahu persis apa saja nama-nama setiap batu beserta keunikannya. Saya bukan ahli geologi yang suka meneliti batu, walaupun untuk menjadi pencinta batu akik orang juga tak perlu menunggu jadi ahli geologi. Batu akik dengan berbagai jenis dan warnanya telah memikat banyak kalangan. Dimana-mana ada orang dadakan membuka usaha jualan batu. Bahkan teman saya juga ikutan jualan batu termasuk jasa menggosoknya di kost.
            Kalau dahulu sepi-sepi saja, terbatas orang tertentu saja dan kebanyakan orang yang sudah bapak-bapak dan kakek-kakek serta dukun-dukun (maaf yah para  mbah dukun) yang memang sudah dari dulu  identik dengan batu akik, maka hari ini bocah ABG pun sudah banyak yang pakai batu akik di jarinya. “Oh, ini hobi!” kata mereka kalau saya tanya kenapa pakai batu akik. “Woo, ini fesyen terbaru mas.. kalau mas pakai ini pasti tambah keren.. ” kata yang lain lagi.
            “Mas nggak mau pakai? Coba aja dulu, pake aja dulu nggak apa.. Nanti siapa tahu suka..” ujar teman yang tadi jualan batu menawari kepada saya. Wah, teman saya ini pasti sedang menerapkan strategi marketing witing tresno jalaran soko kulino,-nya sama saya. Karena terbiasa lama-lama juga cinta.
            Kalau saya perhatikan ya benar juga, lha orang saya lihat bapak-bapak lebih sering mengelus-elus batunya ketimbang istrinya.. (Ehh, maaf lho ya bapak-bapak..). Tapi saya bilang begini, yang lagi pacaran ya jangan terus jadi suka ngelus-elus pacarnya lho ya.. Hormati juga perasaan saya yang jomblo, hehe maksud saya bukan muhrim.
            Untuk para pendatang baru, boomingnya batu akik ini serupa kegemaran menjelajah hal baru. Ada yang memang benar-benar jatuh cinta, ada juga yang cuma ikut-ikutan tren. Kalau bertemu sesama pemakai cincin batu akik, mereka bisa mengobrol tentang batu akik dengan kebanggaan tersendiri, dengan lebih panjang lebar lagi ketimbang ahli geologi. Semua masalah seperti bisa terlupakan dengan obrolan yang berbatu ini.
            Bagi yang memang sudah lama memakai dan mencintai batu akik, meledaknya batu akik di masyarakat sekarang ini mungkin ibarat datangnya berkompi-kompi tentara bantuan saat perang hampir kalah karena kurang jumlah. “Lho iya toh, apa yang saya gemari akhirnya kalian juga tahu dimana indahnya..” begitu mungkin batin para suhu batu akik.  Akhirnya semakin hari semakin bertambah saja semangatnya dalam menggosok dan mengelus-elus batunya. “Kalau rajin digosok terus, kilapnya bisa sampai ke planet mars!”
            Saya enggan memakai batu akik bukan mutlak karena tidak suka. Saya yakin bahwa saya juga bisa suka batu akik. Tapi.. nah ada tapinya. Saya sudah terlanjur takut dibilang macam-macam sama orang. Padahal saya biasanya adalah pribadi yang tidak ambil pusing, cuek dengan kata orang tentang apa yang saya suka. Polos tapi pede setengah mati.. jiaah…  Tapi tidak dengan yang satu ini. Saya tidak mau disangka klenik!
            Mungkin harus kembali beberapa tahun silam, saya pernah sedikit belajar mengaji di pesantren mungil di Jawa. Waktu itu saya sekolah di SMP dan tinggal di daerah yang masyarakatnya sangat kental dengan yang berbau klenik. Anggapan orang-orang di sana, kalau berguru di pesantren itu pasti orangnya hebat, dan sering diasumsikan sebagai sakti yang paham segala hal tentang ilmu dalam dan alam ghaib. Terbukti saya pernah diminta oleh teman saya sekolah di sana agar membuat gadis yang ia taksir jadi tergila-gila dengannya lewat cara dipelet. Hal serupa juga pernah saya alami sepulangnya saya dari Jawa. Seorang teman minta supaya pacarnya dipeletkan karena berpaling dengan orang lain. Edan! Memangnya saya ini dukun cilik apa?
            Kembali ke batu akik. Nah, di antara hebohnya batu akik tadi ternyata juga tetap ada mengikut aroma klenik, walau tidak semuanya tapi tetap ada. Mudah saja  saya temukan orang yang mengatakan bahwa batu cincin yang ia pakai itu sudah diisi mantera-mantera sakti, bisa kebal senjata, bisa menambah percaya diri, termasuk juga bisa buat me-melet wanita. Malah saya ditanyai, “mas bisa ndak mendeteksi barang beginian, apa memang ada isinya apa tidak?” Woh, tenanan..
            Lha kalau saya, orang Jawa, pernah ngalap ilmu sedikit di pesantren, rada pendiam, rada seram (menurut beberapa orang), jomblo lagi.. Nah ketika saya pakai batu akik kira-kira bagaimana tanggapan orang yang tidak benar-benar mengenal saya secara dekat? “Wah, ini orang pakai batu akik, pernah berguru ke tanah Jawa jauh sana, pendiam, jomblo lagi.. itu pasti jimatnya sakti. Itu pasti dimandikan ritual setiap malam Jumat kliwon. Itu pasti buat pelet!”
            Wah, bubar sudah citra saya yang tidak seberapa tapi tetap manis ini. Maka setiap ada yang bercanda menawari saya dengan anjuran, “Coba kamu pakai batu akik begitu,  keren nanti, mungkin kamu bisa nggak jomblo lagi, kan tinggal kamu aja yang jomblo di antara teman-teman..”.
            “Emoh. Kampungan. Batu ya batu. Jomblo ya jomblo..” Jawab saya ngawur.  Mosok perkara batu pakai dihubung-hubungkan sama status jomblo saya. Sungguh tidak berperi-kejombloan. Kampungan.
            Suatu hari saya pulang kampung untuk suatu keperluan. Sudah agak lama tidak pulang, rindu juga rasanya dengan keluarga. Ibu menyambut saya. Saya cium tangannya. Saya datangi bapak yang sedang duduk di dipan belakang rumah. Saya lalu cium tangannya. Dan, walah, tangan bapak sekarang juga pakai batu akik!?  Batu itu ikut tercium juga. Kampungan.
            Puja, K. Pekanbaru, 5 Desember 2014.
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar