![]() |
Peyek Laron |
Malam kemarin beberapa saat setelah
saya mulai mengaji bareng bocah, tiba-tiba datang segerombolan hewan yang tak
diundang. Ya, ndak usah saya kasih tahu juga Anda sudah tahu karena sudah saya
sebutkan di judul itu, juga sudah saya tempelin gambarnya di atas itu, ya
walaupun versi peyeknya, iya laron itu.
Ada yang tidak tahu apa itu laron? Ah, jangan bercanda.
Setelah hujan deras di siang harinya,
(kebetulan awal November merupakan permulaan musim hujan tahun ini)
gerombolan laron itu berterbangan kesana-kemari mengerubuti lampu dan berhasil
membikin bocah-bocah unyil berlarian heboh. Unyil-unyil ini bolehnya gembira
kok kebangetan. Wong laron aja lho heran. Tapi saya juga maklum dengan
kegembiraan mereka, lha saya kecil dulu juga suka sekali mengejar laron yang
berterbangan itu.
Pertanyaan
yang dulu suka menggelayuti rasa ingin tahu saya, hari ini jadi muncul kembali.
Laron-laron itu, kenapa kok doyan sekali sama lampu? Saking doyannya, kalau
seandainya laron ditakdirkan oleh Tuhan untuk boleh memiliki duit seperti
manusia, mungkin mereka akan membelanjakan habis semua duitnya buat membeli
lampu. Kalau sempat beli handphone pun harus yang ada senternya. Jadi bisa
dikerubutin ramai-ramai oleh seluruh anggota geng laron.
Pernah
saya baca dalam sebuah buku dahulu, kalau tidak saya salah ingat, ternyata
laron keluar dari sarangnya untuk mencari pasangan, kemudian menikah (?), dan
kemudian menjadi raja dan ratu di kerajaan rayap yang baru.
Tapi,
kenapa mereka para laron itu suka mengerubungi lampu hanya kalau habis turun
hujan deras saja? Kenapa tidak setiap hari saja? Ternyata, setelah saya membaca
lagi, (kali ini dari sebuah artikel di internet), alasan mereka keluar hanya
saat hujan adalah karena mereka terganggu dengan suhu lembab dari air hujan
yang sampai ke dalam sarangnya.
Akhirnya
saya jadi tambah bingung lagi sekarang. Ini mana yang benar, mereka keluar
sarang karena terkena hujan, atau karena buat mencari jodoh? Belum lagi soal
rontoknya sayap mereka, yang konon katanya karena mereka sudah bertemu
jodohnya, maka rontoklah sayapnya. Ada lagi yang mengatakan, laron tak akan
lama lagi hidupnya setelah keluar sarang dan kawin. Lah kalau mati, gimana
mereka bisa berkembang biak? Ada lagi yang mengatakan jika sudah begitu,
sepasang laron akan hidup dan membangun kerajaan rayap baru lagi. Ah, entah,,,
mumet kepala saya cuma gara-gara laron.
Esok
harinya saya tanya sama teman, kira-kira begini wawancara saya itu:
“Heh,
saya mau tanya. Kamu tahu laron kan?”
“Iya.”
“Itu kenapa mereka suka keluar dan
mengerubungi lampu kalau habis hujan, tujuannya biar ngapa?”
“Ya, terusik mungkin, mas. Sarang
mereka kena air.”
“Itu doang? Lha katanya mereka itu
keluar buat cari pasangan?”
“Ya, itu juga mungkin, mas.”
“Lha kenapa mesti nunggu hujan? Kalau
ndak hujan mereka kemana?”
“Ya, di rumahnya lah..”
“Heeak, repot amat ritualnya..”
“Ya, paling tidak dengan mereka keluar
kan jadi tidak jomblo lagi.”
Hussy, jahanam tenan iki bocah, dari
membahas soal laron kok sampai nyangkut ke jomblo segala.
Puja K, Pekanbaru, 05 November 2015