Jauh
delapan tahun ke belakang, adalah saya yang masih SMP. Saya merantau selama dua
tahun di Cilacap, Jawa Tengah. Apa yang paling berkesan selama disana bagi
saya? Banyak. Tapi tidak semua saya akan siarkan disini.
Saya tinggal di sebuah desa pinggir pesisir
yang namanya tidak mau saya sebutkan. Kok? Ya sudah, namanya Desa Bunton. Tahu?
Saya sangka juga apa.. Berdekatan dengan Gunung Selok, yang katanya angker,
bagi yang tahu. Diapit dua muara yaitu muara sungai Serayu dan, yang satu lagi
saya lupa namanya karena orang sana biasa menyebutnya dengan nama “bedahan”. Yah
entahlah, pokoknya kami sering mancing disana.
Kembali
ke judul. Ada yang belum tahu apa itu yutuk? Jujur saya sedang kengen berat
sama dia. Habis, dia itu sexy dan menggoda dan menantang! Kali pertama
berkenalan dengannya adalah saat saya sedang melancong ke pantai desa ini.
Pantainya memang tidak begitu indah tapi ya cukup lebar juga. Kalau sempit itu
toilet yak. :D Hitam pasirnya, besar ombaknya. Gosong kulitnya saya. Panas
banget woy!
Nah,
Yutuk (Emerita sp.) adalah salah satu hewan yang berkerabat dengan
udang-udangan, biasa hidup di garis pantai, terutama pantai yang berpasir hitam
(Pasir besi). Hewan ini banyak di temui di sepanjang pesisir selatan Pulau
Jawa. Di tempat lain saya kurang tahu. Yutuk juga dikenal secara umum dengan nama undur-undur
laut, karena jalannya memang suka mundur. Rata-rata besarnya seukuran jempol
kaki utuh orang dewasa. Hewan ini suka mangkal di bawah pasir yang terkena
ombak. Kalau dilihat saat ombak surut, ia mirip kerikil di atas pasir karena
yang tampak hanya ujung kepalanya. Kalau kita datangi, ia akan langsung
menenggelamkan badannya ke dalam pasir.
Cara
menangkapnya adalah dengan menggali pasir di lokasi yang diduga terdapat ini
hewan. Kami biasa melihat dahulu, kalau terlihat banyak mirip kerikil di atas pasir, nah disitu kami akan duduk
dan menggali pasir dengan tangan, sambil menahan terjangan ombak yang sadis. Mengasyikkan.
Tapi kalau datang ombak yang cukup besar, kita bisa terlempar lumayan keras.
Kalau
sedang musimnya, tak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan seember yutuk. Kami
pernah melakukannya. Kami betah berendam lama-lama saat disana. Makanya sekarang
saya hitam manis. :D
Sampai
di rumah, hewan ini biasa kami goreng. Lezat rasanya broo!! Gurih dan kriuk
krriiuukkk! Tapi kalau terlalu banyak bisa bikin pusing kepala. Kali pertama kami
mengganyang ini hewan, kami sampai lupa diri, kalap, diembat sampai teler. Enaknya
sadis!
Yutuk
juga biasa diolah menjadi rempeyek. Namanya ya rempeyek yutuk. Enak juga. Beberapa
kali kami pernah membuatnya. Rempeyek yutuk juga menjadi wisata kuliner khas
pantai Widara Payung, daerah yang tak jauh juga dari desa itu.
![]() | |
Ini dia Penampakannya |
![]() | |
Ini kalau sudah digoreng.. lezatnya sadis! |
![]() |
Dibikin rempeyek jadi tambah seksi. |
![]() |
Ini partner kita dahulu dalam berburu yutuk |
Kapan ya kesana lagi…….
Salam
Yutuk!
Pekanbaru,
23 Agustus 2014